“Banyak orang hanya mengenal ‘karet’, padahal ada dua jenis utama: karet alam (natural rubber) dan karet sintetis.

Karet Alam (Natural Rubber / NR)
Berasal dari lateks pohon Hevea brasiliensis (kebanyakan di Asia Tenggara: Indonesia, Thailand, Malaysia).
Sifat Karet Alam: Elastisitas tinggi, tahan abrasi, tahan retak karena dynamic stress, kurang tahan panas, minyak, dan bahan kimia tertentu
Kelebihan Karet Alam : Sumber daya terbarukan (renewable), daya tarik & daya sobek tinggi, harga relatif lebih murah dibanding sintetis, mudah diproses & dicampur dengan aditif
Aplikasi Karet Alam : Ban kendaraan (mobil, motor, truk, pesawat), produk mekanis (belt, hose, gasket), sarung tangan, sol sepatu, perekat

Karet Sintetis (Synthetic Rubber / SR)
Berasal melalui proses polimerisasi dari petrokimia (monomer berbasis minyak bumi).

Contoh: SBR (Styrene-Butadiene Rubber), NBR (Nitrile Rubber), EPDM, Neoprene.
Sifat Karet Sintetis : Stabil terhadap panas & oksidasi, tahan minyak, bahan kimia, ozon, dan cuaca, elastisitas umumnya lebih rendah dari NR, sifat mekanis bervariasi tergantung jenis polimer
Kelebihan Karet Sintetis : Kualitas lebih konsisten (tidak tergantung musim/cuaca), cocok untuk aplikasi khusus (resistensi minyak, kimia, suhu tinggi), bisa disesuaikan sesuai kebutuhan industri
Aplikasi Karet Sintetis : Seal & gasket di industri minyak/gas, selang bahan bakar, oil seal, O-ring, kabel listrik & insulasi, produk otomotif non-ban (engine mount, weatherstrip), ban kendaraan, sarung tangan, sol sepatu, perekat

Karet Alam = alami, renewable, unggul di elastisitas & ketahanan mekanis.

Karet Sintetis = buatan, berbasis petrokimia, unggul di ketahanan kimia, suhu, dan cuaca.

Keduanya punya peran penting dalam kehidupan sehari-hari, dan saling melengkapi, bukan saling menggantikan terutama pada otomotif, konstruksi, hingga kesehatan